Delapan Orang Meninggal Dunia Akibat DB-balita sehat ceria

Delapan Orang Meninggal Dunia Akibat DB-balita sehat ceria


Delapan Orang Meninggal Dunia Akibat DB

Posted: 17 Oct 2010 01:26 AM PDT

17 Oktober 2010 | 15:10 wib | Daerah

Delapan Orang Meninggal Dunia Akibat DB

image

Slawi, CyberNews. Selama kurang lebih 10 bulan, tepatnya sejak bulan Januari hingga pertengahan Oktober 2010, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal menemukan sebanyak 662 kasus demam berdarah (DB) di wilayahnya. Dari kasus tersebut, delapan orang penderita meninggal dunia. Kasus terakhir terjadi pada hari Jumat (15/10) malam di Kecamatan Dukuhwaru.

Di mana, Bagus (4) anak dari seorang dokter di kecamatan setempat meninggal dunia. Setelah sempat dirawat di RSI PKU Muhammadiyah Singkil, Adiwerna, anak balita itu akhirnya meninggal di RS Mitra Keluarga Tegal. Angka temuan penyakit yang disebarkan lewat nyamuk Aedes Aegypti masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus pada tahun 2009 lalu. Saat itu,  tercatat ada 930 kasus dengan jumlah penderita meninggal dunia yaitu 14 orang.

Cuaca yang tak menentu akhir-akhir ini dinilai menjadi pemicu merebaknya kasus DB. Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Tegal, dr Titis Cahyaningsih MMR mengatakan, adanya curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun ini mengakibatkan genangan air muncul di mana-mana. Apabila tak diantisipasi, hal itu memicu perkembangan nyamuk.

Tak cuma itu, dia menjelaskan, cuaca tidak menentu juga membuat daya tahan menjadi turun. Akibatnya, tubuh jadi mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. "Hingga kini, ada tujuh orang penderita DB yang meninggal dunia. Kami harapkan, angka kematian dan kasus akibat penyakit ini turun pada akhir tahun 2010 ini," katanya.

Menurut dia, seluruh kecamatan atau yang berjumlah 18 di Kabupaten Tegal ini termasuk dalam kategori endemis DB. Jika dihitung desa/kelurahan, daerah yang tergolong endemis demam berdarah ada di 139 desa/kelurahan. Untuk daerah kategori sporadis DB ada di 116 desa/kelurahan. Sementara, yang dinyatakan bebas endemis hanya 32 desa/kelurahan.

Dia menuturkan, upaya paling efektif dalam memberantas penyakit ini adalah dengan cara melaksanakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) melalui gerakan 3M (menguras, menutup dan mengubur). Untuk pengasapan atau fogging, ini kurang efektif  karena hanya bersifat membatasi penyebaran nyamuk.

Pihaknya juga mengaku terus melakukan penyuluhan kesehatan terkait perilaku hidup sehat. Dalam penanganan medis, biaya pengobatan di puskesmas juga digratiskan. Selain itu juga membagikan bubuk abate 250 kilogram.

( Royce Wijaya /CN27 )

Powered by Telkomsel Blackberry


Star with Your Little Act!

Posted: 16 Oct 2010 06:18 PM PDT

Tahukah anda berapa asupan energi yang dibutuhkan manusia setiap hari? Rata-rata manusia membutuhkan sekitar 1800 kilo kalori per hari dan dapat berbeda-beda akibat perbedaan usia, ukuran tubuh, aktivitas dan kondisi fisik. Kelaparan terjadi jika seseorang mendapatkan energi dari makanan yang ia makan dengan jumlah lebih sedikit dari jumlah minimal energi yang ia butuhkan biasanya. Penderita kelaparan akut tidak mendapatkan makanan cukup untuk memperoleh energi yang menunjang aktivitasnya sehingga dapat menyebabkan sulit belajar, bekerja maupun aktivitas lainnya.

Malnutrisi merupakan suatu kondisi yang mengganggu kesehatan, disebabkan oleh ketidakcukupan atau ketidakseimbangan asupan makan atau penyerapan yang buruk dari makanan yang dikonsumsi. Dalam hal ini termasuk kekurangan dan kelebihan asupan makanan dan hubungannya dengan kebutuhan energi.

Setiap tahun, 13 juta anak Indonesia mengalami malnutrisi. Berdasarkan data Kementrian Kesehatan, 36,8% balita atau satu dari tiga balita dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami “stunting” yaitu tinggi badan di bawah standar dan berdasarkan data UNICEF, Indonesia menempati peringkat ke lima di dunia dalam hal jumlah anak pendek/stunted yaitu sejumlah 7,8 juta anak. Data paling mencengangkan adalah Indonesia menempati peringkat tertinggi di wilayah ASEAN dalam hal jumlah kematian ibu, bayi dan balita. Tentu, angka ini sangat mengejutkan karena anak-anak yang mengalami malnutrisi akan sangat mudah meninggal akibat penyakit ringan seperti diare. Dan faktanya, malnutrisi bertanggungjawab terhadap 50% kematian anak-anak dibawah 5 tahun.

Salah satu penyebab malnutrisi adalah kurangnya asupan nutrisi yang layak disebabkan minimnya jumlah makanan atau zat gizi yang dikonsumsi. Umumnya berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi seperti kemiskinan namun pada kenyataannya banyak faktor yang juga menyebabkan terjadinya kasus kelaparan dan malnutrisi di Indonesia. Diantaranya adalah harga pangan dan minyak dunia yang semakin meningkat, praktek menyusui yang kurang baik (hanya 7% Ibu Indonesia yang menyusui bayinya pada 6 bulan pertama selebihnya ibu hanya menyusui bayi pada 2 bulan pertama), kegagalan panen akibat perubahan iklim sehingga menyebabkan diversifikasi pangan terhambat.

UNICEF menyatakan bahwa ada dua penyebab langsung terjadinya kasus gizi buruk, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit yang menyebabkan infeksi. Kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan. Sedangkan, malnutrisi yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.

Pada akhir 2008, DPR menduga 30 persen dari 110 juta balita di Indonesia diduga menderita gizi buruk. Hal ini merupakan landasan kuat untuk menjadikan penuntasan kasus gizi buruk menjadi program prioritas untuk diselesaikan. Prioritas ini harus dipertahankan dan ditingkatkan sebab permasalahan gizi buruk ini dapat mengancam kemajuan bangsa. Mengapa? Ya, ini karena penderita gizi buruk umumnya balita dan anak-anak yang tidak lain adalah calon penerus negeri ini. Jika calon penerus bangsa tidak sehat, apa jadinya negeri kita nanti? Siapa yang akan melanjutkan perjuangan generasi sekarang? Lalu, tanggung jawab siapakah permasalahan ini?

Kaum muda sebagai generasi penerus bangsa saat ini memiliki peranan dan dapat berpartisipasi aktif dalam upaya penuntasan permasalahan gizi buruk di Indonesia. Generasi muda memiliki banyak potensi untuk memengaruhi dunia melalui usaha, ide, semangat dan keberanian mereka. Menjadi kaum muda, mahasiswa maupun pelajar bukanlah halangan untuk berkontribusi kecil untuk mewujudkan masa depan negeri lebih baik. Bagaimanakah caranya?

Tentu, kaum muda tidak akan dapat menyamai perananan pemerintah yang memiliki banyak program untuk mengatasi permasalahan ini. Hal terkecil yang dapat dilakukan kaum muda adalah dengan memulai dari diri sendiri. Misalnya dengan memperhatikan anak-anak di lingkungan sekitar mereka, membantu memberikan penyuluhan pada masyarakat di posyandu terdekat, menyumbangkan ide dan pikiran mereka ke media massa, mengikuti berbagai kampanye pangan, menandatangani petisi kelaparan dunia yang diselenggarakan oleh FAO sebagai badan pangan dunia, mengikuti berbagai lomba karya ilmiah penuntasan masalah gizi, membuat video kampanye anti gizi buruk dan lain-lain. Sangat banyak bukan?

Jadi, sungguh mudah untuk berkontribusi kecil dalam penuntasan gizi buruk di Indonesia. Lalu, mengapa kau tidak memulainya dari sekarang?

Visit: http://sarahtsaqqofa.blogspot.com/


Tags: kontribusi, gizi, kaum muda, energi

0 Response to "Delapan Orang Meninggal Dunia Akibat DB-balita sehat ceria"

Posting Komentar