Haruskah Anak Dibatasi Menonton TV?-balita sehat ceria

Haruskah Anak Dibatasi Menonton TV?-balita sehat ceria


Haruskah Anak Dibatasi Menonton TV?

Posted: 07 Jan 2011 07:19 PM PST

APAKAH menonton televisi (TV) merupakan sebuah keharusan untuk anak Anda? Cari tahu mengapa para ahli dan dokter anak setuju untuk menyarankan orangtua agar membatasi TV, terutama anak di bawah usia dua tahun.

Pada 1999, dua tahun setelah dunia menyaksikan tayangan acara Baby Einstein dan Teletubbies, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan rekomendasi bahwa tayangan TV tidak boleh untuk anak-anak di bawah usia dua tahun. Orangtua sering menganggap ini hanya saran biasa dari sekitar 60.000 dokter anak dan spesialis pediatri.

Para orangtua akhirnya tetap memutuskan untuk membiarkan anak-anak mereka menonton televisi. Tetapi bagaimana sebenarnya AAP memutuskan pedoman ini dan mengapa mereka memilih usia dua tahun?

”Saya tahu semua intrik tentang bagaimana rekomendasi ini keluar,” kata Dr Donald Shifrin MD, Ketua Komite AAP bidang Komunikasi, yang juga seorang profesor klinis pediatri di University of Washington School of Medicine, Amerika Serikat.

AAP, kata dia, mulai berpikir tentang isu tayangan TV untuk anak-anak di bawah dua tahun ketika acara Teletubbies muncul di televisi publik pada akhir 1990-an.

Berbeda dengan program Barney, sebuah program yang berfokus pada anak-anak yang bisa berbicara dan Sesame Street yang ditargetkan anak-anak prasekolah, Teletubbies adalah sebuah program ”sebelum anak mulai bisa berbicara”.

Teletubbies hampir tidak berbicara. Mereka hanya bermain dengan sebuah lanskap kaleidoskopis berwarna,” kata Shifrin.

Program ini ternyata sangat sukses, dengan penjualan merchandise berbagai pernak-pernik serta boneka bernilai jutaan dolar dan produsen televisi lain tidak bisa mencegah hal ini untuk terus berkembang.

Mengingat keberhasilan dari segi ekonomi,para anggota Komite AAP bidang Pendidikan Publik lantas mulai berpikir.

”Jika ini adalah masa depan TV, apabila anakanak di bawah usia dua tahun saat ini menjadi target demografis untuk sebuah pemrograman, kami akan mengeluarkan peringatan,” ujar Shifrin yang merupakan anggota komite yang menulis pedoman pada 1999 tersebut seperti dikutip laman babyzone.com.

Pedoman resmi AAP akhirnya muncul dalam sebuah kebijakan yang dikeluarkan pada Agustus 1999 yang disebut sebagai ”Media Pendidikan.” Salah satu dari sembilan rekomendasi dalam pernyataan tersebut menyebutkan bahwa dokter anak harus mendorong orang tua untuk menghindari menonton acara televisi bagi anak-anak di bawah usia dua tahun.

Meskipun program televisi tertentu dapat dipromosikan untuk kelompok usia ini, penelitian tentang perkembangan otak bayi di awal pertumbuhannya menunjukkan bahwa bayi dan balita memiliki kebutuhan penting lain yaitu interaksi langsung dengan orangtua dan pengasuh (misalnya, penyedia perawatan anak) untuk pertumbuhan otak yang lebih sehat dan perkembangan yang tepat secara sosial, emosional, dan keterampilan kognitif.

Oleh karena itu, harus hati-hati menyuguhkan program televisi kepada anak-anak. ”Komite sengaja menggunakan istilah ’menghindari’ dan ’mencegah’ daripada kata lain yang lebih tegas. Apa yang kami sedang mohon untuk dicantumkan adalah kehati-hatian, bukan pembatasan besar,” ungkap Shifrin.

Dokter anak dan peneliti mudah mengakui bahwa mereka sebenarnya tidak tahu segala sesuatu tentang otak anak pada usia dua tahun. Rekomendasi AAP lebih didasarkan pada banyaknya manfaat yang telah terbukti dimiliki anak-anak saat berinteraksi dengan pengasuhnya, bukan pada penelitian luas yang menunjukkan efek negatif televisi pada anak-anak.

”Dua tahun pertama kehidupan bayi merupakan periode pertumbuhan otak terbesar,” kata Dr Regina Milteer MD, seorang anggota Komite AAP bidang Komunikasi yang juga seorang hospitalis pediatri di Falls Church, Virginia, Amerika Serikat.

”Belum ada penelitian yang mendukung bahwa anak-anak belajar lebih baik dengan sesuatu yang tidak bernyawa dibanding interaksi dengan manusia,” tandasnya.

”Sebelum usia dua tahun adalah waktu yang paling penting ketika seorang anak memiliki orang-orang yang menyentuh, berbicara, bermain, dan berinteraksi dengan mereka. Sebab, otak kecil mereka seperti spons dan mereka menyerap semua itu. Anak belajar untuk berinteraksi karena mereka terus tumbuh,” ujar Milteer.

”Tidak ada data pada titik ini yang mengindikasikan bahwa mereka tahu bahkan mengerti apa yang mereka lihat atau dengar saat mereka menonton televisi,” ungkap Dr Kevin Passer MD, seorang psikiater anak dan remaja di Hattiesburg, Mississippi, Amerika Serikat.

Dia setuju bahwa menciptakan ikatan yang kuat antara orangtua dan anak-anak adalah kunci pertumbuhan anak pada usia ini.

”Saya berpikir, tidak ada ruginya bagi orangtua untuk mengikuti pedoman tersebut. Saya merasa bahwa menonton TV berpotensi membahayakan bagi anak,” kata Passer, yang juga pencipta acara TV The 20-Minute Behavioral Miracle DVD.

”Jika anak-anak Anda tidak menonton TV, lalu Anda sebagai orangtua lebih perhatian kepada anak-anak dan berinteraksi dengan mereka merupakan sebuah cara yang lebih baik dari segi sosial,” ungkap dia.

Studi tentang hubungan antara anak-anak yang berusia sangat muda dengan televisi memang masih jarang dikerjakan.

”Tidak banyak penelitian tentang permasalahan ini. Siapa yang akan mau menjalankan penelitian selama enam lamanya untuk membahas televisi?,” kata Shifrin pesimistis.

Henry J Kaiser Family Foundation telah melihat secara luas pengaruh media terhadap kehidupan anak-anak, namun peneliti organisasi tersebut menyayangkan kurangnya informasi tentang topik ini.

”Sampai saat ini hanya sedikit data tentang bagaimana belajar berorientasi dengan produk media elektronik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari anak-anak, apalagi mengungkapkan apakah hal itu memiliki efek positif, negatif, atau netral pada mereka,” tulis laporan yayasan ini pada Desember 2005 yang bertajuk A Teacher in the Living Room: Educational Media for Babies, Toddlers, and Preschoolers.

”Penelitian yang telah dilakukan umumnya mengandalkan pelaporan orangtua tentang jumlah jam menonton anak dan durasinya yang disebut studi retrospektif. Dalam studi ini, para peneliti melihat kembali terkait kebiasaan dan mencoba menghubungkan sejumlah hal tersebut dengan sikap anak-anak zaman sekarang,” kata Passer.

(SINDO//nsa)

0 Response to "Haruskah Anak Dibatasi Menonton TV?-balita sehat ceria"

Posting Komentar