Sepasang Balita Dinikahkan di Binjai « ===>* BORSAK MANGATASI ...-balita sehat ceria

Sepasang <b>Balita</b> Dinikahkan di Binjai « ===&gt;* BORSAK MANGATASI <b>...</b>-balita sehat ceria


Sepasang <b>Balita</b> Dinikahkan di Binjai « ===&gt;* BORSAK MANGATASI <b>...</b>

Posted: 21 Mar 2011 12:30 AM PDT

Sepasang Balita Dinikahkan di Binjai

Binjai -Sepasang balita dinikahkan orangtuanya, Minggu (20/3). Keduanya yaitu Julian beru Sinulingga (9 bulan) dan Sangap Siregar (2). Acara pernikahan tersebut digelar di Pasar I Sikabung-Kabung, Kecamatan Sunggal, Kota Medan.
Di bawah rindangnya juntaian pelepah daun kelapa sawit yang mengelilingi tempat tinggal pengantin wanita, kerumunan warga mengenakan kain sarung dan duduk bersila di bawah tenda biru yang dipasang di antara batang kelapa sawit. Mereka menyaksikan jalannya pernikahan adat ini. Untuk melengkapi prosesi pernikahan, dua saksi dipersiapkan. Kedua saksi yakni Ponten Sinulingga (62) dan Zailani Sinulingga (58), keduanya bolang (kakek) si pengantin. Sedangkan yang menikahkan adalah anak beru dari keluarga ayah si pengantin wanita.
Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, prosesi pernikahan dimulai. Tapi sebelumnya biaya dan mahar harus diungkapkan.
"Uang antarannya Rp300 ribu, uang saksi Rp20 ribu, yakni satu orang Rp10 ribu. Sedangkan maharnya atau mas kawinya Rp58 ribu. Itulah biayanya," terang Ponten Sinulingga.
Tak menunggu lama, acara pun selesai. Sebagai rasa syukur, keluarga menyediakan makan siang.
Ponten Sinulingga yang ditemui wartawandi sela-sela acara menerangkan, keluarganya telah dua kali melangsungkan pernikahan adat seperti ini.
"Sekitar delapan bulan lalu, kita juga buat acara seperti ini," katanya diamini Zailani Sinulingga.
Lanjut Ponten, apa yang dilakukan keluarganya saat ini merupakan warisan leluhur dan tidak sembarangan dilakukan.
"Artinya ada hal-hal yang memang mengharuskan dilakukannya perkawinan tadi," sebutnya.
Diceritakan Ponten, pernikahan ini berawal dari seringnya si pengantin pria sakit.
"Dari mulai usia satu bulan, Sangap (pengantin laki-laki, red) sakit-sakitan. Bahkan setiap minggu, tiga kali keluar masuk rumah sakit. Entah sudah berapa puluh juta rupiah uang dihabiskan untuk mengobatinya, tapi tetap saja kesehatannya tak membaik. Hal ini terus berlangsung hingga Sangap menginjak usia dua tahun lebih," akunya seraya menyebut ibu Sangap, Ratnadewi br Sinulingga adalah putrinya.
"Mama Sangap ini anakku. Mereka tinggal di Jalan Selar, Kelurahan Belawan Bahagia, Belawan," kata Ponten.
Nah, karena kondisi kesehatan Sangap memburuk, oleh keluarga Sangap dibawa berobat secara tradisional.
"Karena tak tahu lagi mau berobat ke mana, akhirnya Sangap dibawa berobat ke tempat bolang-nya, Zailani Sinulingga ini," ujar Ponten.
Sejak diobati bolang-nya, kesehatan Sangap membaik. Belakangan, hasil olah batin yang dilakukan Zailani, diketahui semangat hidup Sangap akan tumbuh bila dinikahkan dengan saudara ibunya.
"Malah nama Sangap yang sebelumnya M Ridho Alfarizi harus diganti karena nama tersebut tidak cocok," ujar Andreas Sinulingga (33), ayah Julian, yang tak lain saudara kandung ibu Sangap.
Rencana menikahkan Sangap dengan Julian pun ditentukan.
"Ini bisa dibilang kawin gantung. Sebab masing-masing anak ini nantinya bisa membuat pilihan sendiri. Artinya tidak harus menikah dengan pasangannya sekarang. Tapi dengan catatan, bila salah satunya menikah harus membayar denda mahar kepada pasangan yang satu lagi," sebutnya.
"Kalau yang menikah lebih dulu bila dewasa nanti yang perempuan, maka dia harus membayar denda dua kali lipat mahar kepada si laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Memang belum ada kejadian pasangan balita ini jadi sampai mereka dewasa," tambah Ponten.
Sedangkan Sori Bangun Siregar (46), ayah Sangap mengaku senang atas pernikahan anaknya.
"Yang jelas sejak diobati sama bolang itu, anakku sehat. Sekarang sudah nggak pernah lagi ke rumah sakit. Kalau tidak, seminggu tiga kali wajib," akunya.
"Kalau hal kayak gini sudah biasa sama kami orang Karo, jadi bukan suatu keganjilan," timpal Dewi, istri Sori Bangun Siregar.
Sementara Andreas mengaku senang melihat Sangap sudah sehat.
"Yang memberikan nama Sangap itu aku. Sebelumnya namanya M Rido Alfarizi. Waktu berusia beberapa bulan, aku sudah bilang sama kakak (ibunya Sangap, red) kalau nama anaknya itu terlalu berat, dan si anak tidak sanggup membawa nama tadi. Tapi kakakku bandel. Malah sangkin kesalnya, aku sempat bilang, nanti 'kau minta tolong juga sama aku akhirnya', dan sekarang terbukti," ungkap Andreas tersenyum.
Zailani Sinulingga yang ditemui mengaku hal-hal seperti itu memang di luar logika. "Kalau kita cerita logika, ya nggak logika rasanya gara-gara tukar nama bisa sehat. Tapi ya begitulah, semua ini merupakan adat suku Karo. Jadi dengan perkawinan kedua balita ini, diharapkan keduanya sehat-sehat selalu, murah rezeki, dan terlindung dari segala marabahaya," sebutnya.
"Kalau dijelaskan kenapa bisa seperti ini, sulit dijelaskan. Sebab berhubungan dengan alam yang tak nampak. Artinya yang kita tanya, semangat hidupnya si anak itu. Dan waktu itu anak ini (Sangap, red) meminta dinikahkan dengan saudaranya, makanya kita buat seperti ini. Jadi tak sembarangan semua anak bisa dinikahkan. Kalau misalnya tak kita kabulkan, si anak mengancam akan meninggalkan kita (meninggal dunia, red)," pungkas Zailani. (Metro/wis/pmg)

The Foundation for Mother and Child Health - India, Indonesia ...

Posted: 20 Mar 2011 03:45 AM PDT

Follow us on Faceobok

Children are the future of a nation

The Foundation for Mother and Child Health (FMCH) works to improve the lives of mothers and children in local communities by providing programmes focused on health, nutrition, education, and sustainable skills training. A not-for-profit independent organization, we work with socially and/or financially disadvantaged communities regardless of their race, creed or gender.   

Our aim is to help children reach their potential by alleviating poverty and malnutrition. Children who are malnourished have lowered resistance to infection and are more likely to die from common childhood ailments such as diarrhoeal diseases and respiratory infections. Those who survive may be locked into a vicious cycle of recurring sickness and faltering growth, often with irreversible damage to their cognitive and social development. Undernutrition is an underlying cause of an estimated 53% of all under five year old deaths (UNICEF Report card on Nutrition May 2006).

The problem of malnutrition in children goes hand in hand with a lack of disposable income within a family, poor knowledge of basic nutrition and hygiene practices and poor access to medical help, clean water and decent accommodation. All these factors play a part in this cycle of deprivation.

The Foundation for Mother and Child Health runs a mother-and-child centre assisting impoverished families in urban Jakarta. The centre currently provides health, hygiene and nutrition education for mothers and community health workers; access to medical care for both mothers and children; Early Childhood learning, intensive supplementary feeding programmes and growth monitoring for young children; and skills training for mothers.

The Foundation also runs a mobile health unit in Jakarta, allowing our experienced health educators, pre school teachers and sewing teachers to travel to other low income areas in Jakarta to work with other needy families.

Similar programmes for mothers and children have been set up in Mumbai, India, and programmes set up in Aceh after the tsunami of 2004 in Aceh, have now been successfully completed.

In late 2008, FMCH started implementing its health, nutrition, education and small skills training programme on the remote island of West Timor, also in Indonesia. Working in three remote villages, recent statistics this year show that 65% of all under five year old children from these villages are underweight. An enormous number.

In 2009, The Foundation for Mother and Child Health started working with refugee women from Afghanistan, Iraq, Iran and Chechnya in Azerbaijan. These women, fleeing war, poverty or persecution, are desperate to keep their families’ together whilst waiting to be resettled in other countries.

Replicating ideas from FMCH in Indonesia, we have started a successful micro finance scheme enabling women to buy sewing machines which they then use to make garments and other items.

Now, in 2010, FMCH has started working in partnership with “The Orchid Project” – which aims to help empower girls and women. At the heart of The Orchid Project is a campaign to help end female genital mutilation (FGM) and allow girls and women to reach their full potential. This is possible within the next generation and The Orchid Project works with local, national and international organisations who, together, can end FGM.

To find out more about FGM and The Orchid Project please click here.

Through provision of all our programmes, the Foundation for Mother and Child Health brings together women and children from very different cultural, geographical and religious backgrounds, who in normal circumstances may never have met. We encourage understanding and tolerance of others in all our programmes. And in these troubled times this is of great importance.

Website last updated January 2011



0 Response to "Sepasang Balita Dinikahkan di Binjai « ===>* BORSAK MANGATASI ...-balita sehat ceria"

Posting Komentar