LINDUNGI ANAK BALITA ANDA SEJAK DINI. « Vtrediting's Weblog-balita sehat ceria

LINDUNGI ANAK <b>BALITA</b> ANDA SEJAK DINI. « Vtrediting's Weblog-balita sehat ceria


LINDUNGI ANAK <b>BALITA</b> ANDA SEJAK DINI. « Vtrediting's Weblog

Posted: 30 Jul 2010 10:00 PM PDT

Kita tidak ingin membicarakan angka kematian bayi dan balita di seluruh dunia masih sangat tinggi, tetapi kita ingin tujuan dan prioritas PBB untuk mencegah kematian balita dan bayi semakin turun di tahun-tahun mendatang. Salah satu prioritas pada Millennium Development Goals ( MDG ) yang telah dicanangkan PBB adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita pada 2015 hingga dua per tiga dibandingkan pada 1990.

Mengutip Laporan MDG 2008 pada tahun 2006 pertama kalinya sejak data kematian bayi dan balita dikumpulkan, angka kematian berada di bawah 10 juta. Meski demikian jumlah tersebut masih memprihatinkan dan belum diterima, mengingat kematian jutaan generasi penerus adalah karena sebab-sebab yang sejatinya dapat dicegah sedini mungkin dari setiap rumah tangga yang mempunyai bayi dan anak balita.

Menurut dr. Soedjatmiko SpA (K), Msi, Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, sebagian besar kematian anak dan balita disebabkan oleh penyakit infeksi, yaitu akibat kuman yang masuk tubuh anak  balita atau bayi. Setiap tiga menit ada satu bayi meninggal dan setiap 2,5 menit ada satu balita yang meninggal karena infeksi. Sungguh angka yang memprihatinkan, kata Soedjatmiko yang memaparkan penyakit infeksi yang banyak dialami anak dan balita adalah saluran pernapasan atau pneumonia, infeksi diare dan infeksi saraf. Upaya mencegah  dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup sehat, perbaikan gizi dan lingkungan hidup dan vaksinasi.

Masih menurut Soedjatmiko sebagaimana sehat dengan kundalini reiki kutip dalam inspiratorial akhir pekan tetap sehat khususnya untuk bayi sehat, tindakan vaksinasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Dewasa ini baru sebagian jenis vaksinasi yang disediakan pemerintah. Sebagian lain yang juga penting dikemukakan adalah tidak mampunya warga untuk melakukan vaksinasi rutin karena terkendala tingginya biaya.

Di antara penyakit yang belum bisa dicegah oleh vaksinasi yang disediakan pemerintah adalah pneumonia dan meningtis. Kedua penyakit berbahaya ini disebabkan oleh bakteri pneumokokus. ” Ada 90 tipe bakteri ini, tetapi yang ganas ada 13 tipe, ” ujar Soedjatmiko. Bakteri ini, secara alami hidup di rongga hidung dan tenggorokan manusia. Pada balita, bakteri biasa menjadi ganas bila kondisi tubuh melemah dan bakteri terinfeksi masuk ke dalam tubuh melalui udara.

Seseorang tampak sehat saja bisa saja bisa menjadi carrier  dari bakteri ini. Sebuah penelitian di Bandung masih menurut Soedjatmiko, menemukan pada 39 persen bayi berusia delapan minggu  di tenggorokannya ditemukan bakteri itu. Demikian pula penelitian lain di Mataram terhadap balita usia 0 – 45 tahun bakteri pneumokokos juga ditemukan pada 48 persen pada balita. Bakteri ini masuk lewat saluran sinus dan menyebabkan sinusitis atau radang pada telinga.

Yang paling berbahaya adalah bila bakteri masuk ke dalam darah dan menyebabkan penyakit yang sifatnya invasif atau menyebar lewat aliran darah. Bakteri invasif atau disebut Invasive Pneumococcal Disease ( IPD ) bila menyerang paru-paru dapat menyebabkan radang paru ( pneumonia ). Penderita dapat mengalami batuk hebat, sesak napas, panas tinggi bahkan bisa berakibat meninggal.

Sedangkan bila menyerang otak dapat menyebabkan radang selaput otak ( meningitis ) dan dapat berujung  pada kematian. Kalaupun dapat disembuhkan, masih menerut Soedjatmiko menuturkan, penderita bisa mengalami cacat baik berupa kecerdasan rendah, tidak bisa berjalan atau berbicara. Ia memaparkan data di Jakarta sendiri, angka kejadian radang otak disebabkan pneumonia sebesar 12 persen, 45 persen di antaranya berakhir dengan kematian, Kalaupun sembuh, penderita mengalami didrocepalus, kelumpuhan, tuli atau epilepsi.

UPAYA PENCEGAHAN.

Sedapat mungkin orang tua si balita harus menghindarkan penyebaran bakteri dengan mengenakan masker jika sedang batuk pilek. Hindari berbicara terlalu dekat dengan bayi atau balita apabila kita sedang sakit sehingga mereka tidak terkena muncratan ludah. Mengingat bakteri ini sangat ganas alias kebal dari antibiotik, maka orang tua harus memastikan bayi atau balita mendapat asupan gizi yang baik. Untuk bayi yang terbaik adalah tentu saja ASI alias air susu ibu. Upaya lain yang tak kalah penting adalah tindakan vaksinasi.

Cuci Tangan Pakai Sabun, Si Simpel dengan Manfaat Segudang

Posted: 31 Jul 2010 03:04 AM PDT

Program cuci tangan pakai sabun merupakan bagian dari  Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di  rumah tangga yang merupakan upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau, dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit, dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Dalam Rapat Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, ditetapkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang pertama pada tanggal 15 Oktober 2008. Ini merupakan perwujudan seruan tentang perlunya upaya untuk meningkatkan praktek personal hygiene dan sanitasi di seluruh dunia. Selain itu, fakta ditetapkannya hari CTPS oleh PBB sebenarnya wujud kepedulian PBB terhadap masyarakat dunia, di mana tidak hanya negara-negara berkembang seperti Indonesia yang menbgalami kesulitan membiasakan masyarakat melakukan CTPS, tetapi juga negara-negara maju lainnya.

Pada tahun 2006, Koalisi untuk Jakarta Sehat (KuJS) dan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) atas dukungan dari Shell Companies in Indonesia menemukan bahwa hanya 65% responden di Petamburan yang mencuci tangan pakai sabun sebelum makan. Namun, setelah pada tahun yang sama dilakukan Gerakan CTPS oleh koalisi yang sama, hasil prosentasenya meningkat hingga mencapai angka 96% pada bulan Juni di tahun yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat umum pun sebenarnya dapat menerima budaya CTPS.

Menyadari hal tersebut, terdapat faktor kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya melakukan cuci tangan dengan sabun.

Diare dan Flu burung sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun. Meskipun untuk flu burung, penyakit ini masih juga dapat menyebar melalui udara.

Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah karena sesungguhnya situasi ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan (45%), faktor perilaku (30%), dan faktor pelayanan kesehatan (20%) (Departemen Lingkungan Hidup, 2005). Dalam hal ini, faktor perilaku sangat bergantung pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Selain itu, dari lima kondisi yang memerlukan CTPS, oleh studi BHS (Basic Human Services) di Indonesia pada tahun 2006 ditemukan bahwa perilaku cuci tangan setelah buang air besar hanya dilakukan oleh 12% masyarakat, lalu 9% setelah membersihkan tinja bayi dan balita, 14% sebelum makan, 7% sebelum member makan bayi, serta 6% sebelum menyiapkan makanan. Hal tersebut membuktikan rendahnya perilaku cuci tangan di masyarakat Indonesia.

Jika persen perilaku cuci tangan di masyarakat meningkat, hal ini tentunya dapat mengurangi jumlah kejadian Diare.


Tags: CTPS, Cuci Tangan Pakai Sabun, Kebersihan

0 Response to "LINDUNGI ANAK BALITA ANDA SEJAK DINI. « Vtrediting's Weblog-balita sehat ceria"

Posting Komentar