Keluarga Sehat Keluarga Bahagia-balita sehat ceria

Keluarga <b>Sehat</b> Keluarga Bahagia-balita sehat ceria


Keluarga <b>Sehat</b> Keluarga Bahagia

Posted: 04 Aug 2010 08:48 PM PDT

Sumber : http://infoayahbunda.blogspot.com/2008/07/balita-anda-terlambat-bicara.html

Kalau Anda peka, naluri Anda bisa cepat mendeteksi gangguan perkembangan
bicara si kecil. Apa saja sih gejalanya?

Seringkali, Anda baru buru-buru ke dokter ketika si 18 bulan atau 2 tahun
belum juga bicara. Padahal, sebenarnya ini sudah agak terlambat. Menurut
d r. I.G. Ayu Partiwi Surjadi, Sp.A, MARS , Direktur Klinik Perkembangan
Anak RS Bunda, Jakarta, “Pada tiga tahun pertama kehidupan, otak adalah
organ yang sangat pesat tumbuh kembangnya. Nah, periode ini dapat
dimanfaatkan untuk melakukan stimulasi, seandainya si kecil mengalami
gangguan tumbuh kembang. Makanya, deteksi dini sangatlah penting.”

12 bulan pertama yang penting

Bicara adalah tahap perkembangan yang telah dimulai sejak bayi. Dan, tahap
bicara mesti diperhatikan sedini mungkin, karena ternyata dapat dijadikan
parameter ada tidaknya gangguan perkembangan pada anak. “Tentu saja, tanpa
mengabaikan tahap-tahap perkembangan lain, seperti motor kasar-halus dan
sosialisasi/interaksi, yang punya peran penting juga dalam menentukan
optimal tidaknya perkembangan anak,” kata dr. Partiwi.

Benarkah gangguan bicara banyak ditemukan? Penelitian yang dilakukan di
Klinik Perkembangan Anak, RS Bunda, Jakarta, pada tahun 2003 terhadap
sekitar 60 orang anak (hanya sebagian kecil saja anak yang datang pada usia
kurang dari 1 tahun) menunjukkan, belum bicara merupakan keluhan sebagian
besar orang tua yang pada akhirnya didiagnosis sebagai Gangguan Perkembangan
Multisistem ( Multisystem Developmental Disorder s/MSDD). Nah, gangguan ini
adalah salah satu bentuk kelainan perkembangan yang muncul dalam bentuk
gangguan relasi (berinteraksi) dan komunikasi yang akhir-akhir ini tampaknya
terus meningkat.

Meski begitu janganlah terlalu cemas. Kegagalan dalam relasi dan komunikasi
pada si 0-3 tahun dianggap sebagai kondisi yang masih dapat berubah dan
tumbuh. Hanya saja, sulit memprediksi mana yang bisa normal perkembangannya
dan mana yang akan mengalami gangguan. Jadi, harus bagaimana?

“Anak-anak yang diteliti tahun 2003 itu ternyata sejak bayi terlalu diam
alias tidak mengoceh sesering bayi normal. Makanya, 12 bulan pertama
kehidupan anak merupakan masa yang paling penting untuk mendeteksi tumbuh
kembang bicaranya. Jadi, bila Anda ke dokter, sebaiknya bukan sekadar untuk
imunisasi saja,” katanya lagi.

Jangan abaikan insting

Sebenarnya, bicara atau berkomunikasi sudah dimulai sejak masa bayi.
Normalnya, bayi akan menangis dan bergerak. Nah, Anda biasanya belajar
bereaksi terhadap tangisan dan gerakannya, sehingga terjadilah interaksi.
Melalui pengalaman berinteraksi inilah, bayi akan belajar bahwa sikap Anda
akan terpengaruh oleh tangisannya. Interaksi serupa akan terjadi, jika ia
mengeluarkan suara. Jadi, aktivitas tersebut memang berpengaruh dalam
perkembangan bicara dan bahasa balita.

Dengan mengerti tahap bicara si kecil, diharapkan gangguan bicara dapat
segera ditemukan. Tidak seperti yang umum terjadi saat ini. Para o rang tua
mempertanyakan mengapa anaknya belum juga berbicara. Padahal, sebenarnya
yang dimaksud adalah mengapa si kecil belum berbahasa ekspresif (lihat boks
“Aneka Jenis Bahasa”).

“Sebelumnya, anak sudah melalui tahap bahasa reseptif dan bahasa visual.
Kedua bahasa ini sebenarnya mirip. Apa bedanya? Reseptif adalah bagaimana
Anda memahami perkataan balita, sedangkan bahasa visual atau bahasa tubuh
adalah bagaimana Anda mengerti bahasa si kecil melalui sikap tubuh atau
ekspresi mukanya. Sebagai catatan, bahasa visual dan bahasa reseptif
merupakan salah satu tahap bicara yang dapat dipakai untuk mendeteksi apakah
si kecil terlambat bicara atau tidak, sebelum bahasa ekspresifnya timbul,”
jelas dr. Partiwi.

Dokter anak kelahiran Singaraja, Bali ini kembali mengingatkan, “Yang
penting, sebaiknya Anda tidak mengabaikan naluri Anda. Begitu merasa ada
sesuatu pada si kecil, segeralah bawa ke dokter. Beberapa penelitian telah
membuktikan ketajaman naluri para orang tua, sehingga dokter tidak akan
mengabaikannya begitu saja. Mungkin sekali kecurigaan Anda tidak bisa
dipastikan kebenarannya hanya dalam satu kali pertemuan saja. Dokter mungkin
saja meminta Anda untuk datang 1 atau 3 bulan lagi.”

Second opinion boleh , asal …

Pada prinsipnya, semakin dini keterlambatan bicara anak ditangani, semakin
bagus kemungkinan membaiknya. Ini tergantung pada kelainan apa yang jadi
dasar gangguan perkembangan si kecil. Partiwi memberi contoh anak dengan
kelainan gangguan pendengaran. Begitu diberi alat bantu dengar, maka
gangguan perkembangan bicaranya akan segera teratasi. Sebaliknya, anak
dengan MSDD atau autis, mungkin akan butuh waktu lebih lama penanganannya.

Lalu, kendala apa yang paling sering terjadi? “Kejenuhan Anda, sehingga
upaya penanganan anak berhenti di tengah jalan. Padahal, hasilnya pasti
kurang baik bila upaya tidak dilakukan secara konsiten. Hal ini biasanya
dialami orang tua dari anak dengan kelainan yang butuh waktu lama untuk
menanganinya.”

Ia melanjutkan, ” Selain jenuh, kadang Anda juga bingung menghadapi
banyaknya metode penyembuhan atau terapi yang ada saat ini . Sebenarnya,
boleh-boleh saja Anda mencari second opinion, asal ada yang baik kerja sama
antara dokter pertama dan dokter kedua. Anda tak perlu takut berterus terang
pada dokter pertama nantinya. Dan lagi, second opinion itu bagus dan
merupakan hak Anda sebagai orang tua. Pastikan jalan keluar yang terbaik
bagi si buah hati tercinta.”

Ini Dia Penyebabnya

. Gangguan pendengaran
. Autisme
. Retardasi mental (keterbelakangan mental)
. Bilingual (pemakaian dua bahasa)
. MSDD
. Genetik (faktor keturunan)

Aneka Jenis Bahasa

Bahasa mengandung simbol untuk bertukar informasi. Dan, kemampuan berbahasa
lebih pada kemampuan yang dapat dilihat alias dinilai. Perkembangan bahasa
dan bicara biasanya digambarkan sebagai berikut:

. Bahasa reseptif (masa praverbal) : masa mulai tangisan pertama sampai
keluar kata pertama. Bayi memproduksi bahasa prelinguistik yang biasanya
sesuai dengan pengasuhnya. Bahasa yang semula dikeluarkan adalah cooing atau
suara seperti suara “vokal” tertentu (seperti “au” atau “u”). Tahap
prelinguistik cooing ini biasanya terdengar pada usia 4-6 minggu.

. Bahasa ekspresif (masa verbal): kemampuan anak untuk mengeluarkan
kata-kata yang berarti (biasanya pada usia 12-18 bulan). Misalnya, kata
“mama” atau “papa”.

Selain kedua jenis bahasa tersebut, dikenal pula bahasa visual . Tahap
bahasa yang berhubungan dengan emosi ini muncul dalam beberapa minggu
setelah kelahiran bayi. Yang termasuk bahasa visual adalah:

. Usia 4-6 minggu: Bayi “memamerkan” senyum sosial.
. Usia 2-3 bulan: Bayi mulai memperhatikan orang dewasa yang sedang bicara.
Begitu ia berhenti bicara, bayi akan mengeluarkan suara. Ini adalah dasar
adanya interaksi pada anak, yang merupakan awal dari tahap bicara.

. Usia 4-5 bulan: Bayi harus terlihat mencari sumber suara.
. Usia 6-7 bulan: Bayi menikmati permainan, seperti ci luk ba.
. Usia 9 bulan: Bayi mulai menggunakan tangannya untuk melakukan kegiatan
sederhana, seperti melambaikan tangan, sebagai ekspresi interaksi sosial.

. Usia 9-12 bulan: Bayi memperlihatkan keinginannya pada suatu obyek dengan
cara meraih atau menangis bila tidak mendapatkannya.
. Usia 12 bulan: Bayi mulai menggunakan jarinya untuk menunjuk benda-benda
yang diinginkan.

Perkembangan Bicara pada Bayi dan Balita

0-1 bulan
Respons bayi saat mendengar suara dengan melebarkan mata atau perubahan
irama pernapasan atau kecepatan menghisap susu.

2-3 bulan
Respons bayi dengan memperhatikan dan mendengar orang yang sedang bicara.

4 bulan
Menoleh atau mencari suara orang yang bicara.

6-9 bulan
Babbling, mengerti bila namanya dipanggil.

9 bulan
Mengerti arti kata “jangan”.

10-12 bulan
Imitasi suara, mengucapkan mama/papa dari tidak berarti sampai berarti,
kadang meniru 2-3 kata. Mengerti perintah sederhana seperti “Ayo, berikan
pada saya”.

13-15 bulan
Perbendaharaan 4-7 kata, 400 kata, termasuk nama, kalimat 2-3 kata, mengerti 2
perintah sederhana sekaligus.

2,5-3 tahun
Menggunakan kata jamak dan waktu lalu, kalimat 3-5 kata, 80-90% bicara dapat
dimengerti orang lain.

3-4 tahun
Kalimat dengan 3-6 kata, bertanya, bercerita, berhubungan dengan pengalaman,
hampir semua dimengerti orang lain.

4-5 tahun
Kalimat dengan 6-8 kata, menyebut 4 warna, menghitung sampai 10.

Waspadalah bila …

. Usia 6 bulan: Bayi tidak melirik atau menoleh pada sumber suara yang datang dari belakang atau samping.
. Usia 10 bulan: Bayi tidak berespons bila dipanggil namanya.
. Usia 15 bulan: Anak tidak mengerti atau berespons terhadap kata (tidak, salam atau botol).
. Usia 18 bulan: Anak tidak dapat mengucapkan 10 kata.
. Usia 21 bulan: Anak tidak berespons terhadap perintah (duduk, kemari atau berdiri).
. Usia 24 bulan: Anak tidak dapat menunjuk dan menyebutkan bagian tubuh (mulut, hidung, mata dan kuping).

Menyusui = Investasi Besar

Selain ASI mengandung komponen-komponen yang oke untuk perkembangan otak,
misalnya DHA, proses menyusui ternyata juga memasukkan unsur-unsur
interaksi. Tidak mungkin Anda menyusui si kecil dengan melamun saja kan?
Biasanya, Anda menikmati apa yang sedang terjadi sambil membelai perlahan si
kecil dan melakukan kontak mata. Sebaliknya, si kecil pun asyik
memperhatikan wajah ibu tercinta. Itu semua adalah dasar komunikasi. Jadi,
sebisa mungkin, susuilah bayi Anda. Karena, dengan segala manfaat menyusui,
apa yang Anda lakukan itu benar-benar investasi yang besar bagi si kecil.
Termasuk, dalam perkembangan bicaranya.

Ramadhan dan Razia

Posted: 04 Aug 2010 08:49 PM PDT

Ramadhan sebentar lagi tiba. Kata guru ngaji saat saya masih kecil, Ramadhan adalah bulan di mana setan dibelenggu dengan rantai agar tidak mengganggu ibadah puasa. Petuah itu masih ditambahi 'bumbu' bahwa menjelang puasa setan dikejar-kejar oleh para malaikat. Tentu saja saya percaya bumbu tersebut, karena setiap menjelang bulan puasa selalu saja ada suara petir yang menggelegar, suara cambuk malaikat yang sibuk mengejar-ngejar setan. Otak saya yang masih dalam taraf pertumbuhan tentu belum kenal ilmu meteorologi atau geofisika, juga pengetahuan tentang kalender Islam dimana Ramadhan datang saat musim hujan dan kemarau secara bergantian.

Dulu dan sekarang tentu berbeda. Perubahan banyak terjadi di bidang sosial, politik, ekonomi, infrastruktur, apalagi perubahan pada diri saya sendiri, usia misalnya. Ramadhan di zaman youtube dan facebook ini tidak lagi identik sebagai bulan di mana malaikat lembur mengejar setan. Di beberapa daerah, kabupaten atau kota, yang sibuk justru aparat yang giat melakukan razia –bukan kepada setan tentunya- melainkan gelandangan, pengemis atau mereka yang masuk kelompok 'penyakit masyarakat', pekerja seks komersial. Selain oleh polisi pamong praja yang tangguh-tangguh itu, razia juga dilakukan oleh ormas keagamaan yang anggotanya adalah orang-orang yang saleh dan tinggi ilmu agamanya, paling tidak saya lihat dari kopiah dan jubah mereka yang putih-putih dan tebal jenggotnya.

Hati saya yang tidak setangguh dan segarang Satpol PP itu mudah trenyuh ketika layar televisi menayangkan wajah-wajah nestapa para gepeng –akronim untuk gelandangan dan pengemis yang badannya benar-benar kurus gepeng itu- dan PSK saat meronta diangkut ke dalam truk terbuka. Makin menjadi-jadi rasa nyeri di dada melihat sebagian dari mereka yang diuber polisi pamong praja adalah manula ringkih dan renta, atau ibu-ibu yang menggendong anak balita. Agar kehadiran gelandangan, pengemis atau PSK agar tidak mengganggu kekhusyukan menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, bagitu alasan aparat pemerintah kabupaten dan kota atau dalil yang dijadikan dasar anggota ormas keagamaan itu saat melakukan razia.

Inilah ironi di negeri yang ber'Ketuhanan yang Maha Esa', ber'kemanusiaan yang adil dan beradab, serta ber'keadilan sosial bagi seluruh rakyat..' nya ini. Capek rasanya menghitung berapa kali kaum lemah di negeri ini dinistakan hak dan martabatnya. Setelah hak ekonomi, sosial dan budaya mereka dirampas dengan tidak mendapat pelayanan administrasi, kesehatan atau pendidikan yang memadai atau tidak memiliki penghidupan serta pekerjaan yang layak, mereka juga masih mengalami penistaan dengan dianggap sebagai 'pengganggu' urusan ibadah orang lain.

Ilmu saya tentulah tidak setinggi para ustadz apalagi Habib yang menyeru mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran (amar ma'ruf nahi munkar) sambil berteriak-teriak mengacungkan kepalan tangan tersebut. Gelar habib yang mulia itu sudah cukup membuat saya manggut-manggut karena gelar tersebut dimiliki oleh mereka keturunan Muhammad, nabi agung yang akhlaknya mulia dan begitu mencintai kaum miskin itu. Apalah artinya dibanding saya yang hanya keturunan umatnya saja. Maka kalau saya menyimpulkan bahwa razia gepeng dan PSK adalah paradoks dengan inti pesan dari Ramadhan itu adalah karena ngaji saya yang hanya sampai pada ayat Al Quran surat Al Baqarah ayat 183 yang mewajibkan umat Islam berpuasa untuk menambah iman dan taqwa. Ngaji saya barangkali belum sampai pada ayat yang memerintahkan penegak hukum dan ahli ilmu merazia pengemis dan gelandangan karena bisa mengganggu kekhusyukan ibadah puasa. Kalau ada yang tahu ayat tersebut, tolong kasih tahu saya.

Islam adalah agama yang berpihak pada kemanusiaan, lebih khusus lagi adalah agama yang berpihak pada kaum mustadh'afin atau kaum lemah dan tertindas. Begitu yang saya dapat dari banyak diskusi, bergaul atau membaca buku-buku karangan orang-orang saleh dan lebih bijak ilmunya dibanding saya. Keyakinan tersebut saya pegang erat sampai saat ini. Itulah sebabnya Nabi lebih senang duduk dan bergaul dengan anak yatim dan fakir miskin ketimbang makan siang atau kongkow di kafe dan hotel mewah dengan para bangsawan dan orang kaya di Arab pada waktu itu.

Dari hasil ngaji dengan banyak orang juga yang membuat saya tidak sekedar memahami Ramadhan adalah bulannya setan dicambuki dan dirantai malaikat di neraka sebagaimana dikatakan guru ngaji saya di kampung dulu. Puasa tidak sekedar menahan lapar dahaga dari pagi sampai petang selama satu bulan penuh, tetapi yang menjadi pesan inti puasa adalah pengendalian nafsu duniawi yang berlebihan dan ritual untuk memupuk solidaritas sosial, utamanya kepada mereka yang perutnya kelaparan setiap jam, hari, dan bertahun-tahun lamanya. Meski godaan berlimpah mengelilingi, namun kalau iman kita kuat dan niat kita ikhlas, puasa tentu bisa ditunaikan dengan nikmat dan khidmat.

Tentu karena tulisan ini berhubungan dengan Ramadhan, maka ada baiknya untuk menjaga emosi dan tetap mengedepankan prasangka yang baik ketimbang yang buruk. Barangkali inilah berkah Ramadhan yang mulia. Penguasa kabupaten atau kota yang memiliki ide menguber-uber merazia para gepeng dan PSK tentu karena mereka juga ingin ikut memeriahkan datangnya bulan Ramadhan, agar mereka tidak hanya dicap hobi korupsi saja. Para anggota satpol PP yang gagah trengginas itu tentu juga ingin meraup pahala dari menjaga kesucian bulan puasa, agar mereka tidak hanya diingat keberingasannya saat menguber-uber pedagang kaki lima.

Apalagi mereka yang menertibkan tempat hiburan malam dengan pentungan dan kepalan tangan. Untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan dan umat Islam bisa beribadah puasa dengan tenang, bukankah mereka menjalankan tugas yang mulia? Tidak semua orang sanggup melakukannya. Butuh orang berilmu agama tinggi, hafalan haditsnya ratusan, atau paling tidak ada bau timur tengah di namanya.

Kalau anda ingin protes, menggeruduk kantor pemerintahan dan menyerukan agar penguasa lebih baik mengentaskan rakyat dari kemiskinan sehingga tidak ada lagi gepeng dan PSK ketimbang mengejar-ngejar mereka, itu berarti anda menyepelekan kemampuan mereka untuk urusan kesejahteraan. Mereka tentu lebih tahu cara bagaimana membuat orang lain sejahtera, tidak hanya diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitarnya. Paling tidak dilihat dari anak turun dan kerabat mereka. Ini bukan soal mereka egois atau oportunis, tetapi bagian dari filosofi kesejahteraan, yakni sejahteralah sebelum menyejahterakan orang lain.

Kalau sampeyan berani ceramah bahwasanya dakwah yang baik adalah mengajak orang menuju kebaikan tanpa kekerasan, ingat seberapa dalam ilmu agama atau seberapa panjang jenggot yang sampeyan miliki, berani-beraninya mendebat mereka yang konon keturunan nabi. Lagipula dakwah, ibadah dan pahala adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar. Urusan akhirat harus diutamakan, menumpuk pahala -apalagi di bulan Ramadhan- tidak bisa diganggu gugat, kalau perlu segala macam penghalang harus disingkirkan. Sampeyan pasti dianggap tidak faham kalau Islam adalah agama yang mencintai kebersihan, sehingga beribadah tentu lebih afdol tanpa para gelandangan dekil yang datangnya saja tidak diketahui entah dari mana.

Berbaik sangka, mengedepankan akal sehat dan menjernihkan nurani itulah satu-satunya yang bisa kita lakukan sebagai manusia normal dan waras. Yang juga lebih penting adalah berdoa kepada Allah, yang yang pangkatnya melebihi semua jabatan di seluruh semesta –RT, lurah, camat, bupati, menteri, presiden, Sekjen PBB- dan ilmunya melebihi semua buku, teori, seminar dan fakultas yang ada di universitas di seluruh dunia,.

Kira-kira apa isi doa anda? Kalau saya berdoa semoga penguasa dan orang alim di negeri ini yang masih menganggap gelandangan adalah 'penyakit' yang harus diberantas atau sampah yang mengganggu pemandangan atau benalu yang harus dicabut habis dari pohonnya tidak gantian dikejar-kejar malaikat dan dirantai di neraka…

semarang, 5 agustus 2008


Tags: puasa, saefudin amsa, satpol PP, razia gepeng, ramadhan

0 Response to "Keluarga Sehat Keluarga Bahagia-balita sehat ceria"

Posting Komentar